Senin, 05 Januari 2015

Dyan Mustika Sari

PENGARUH MULTILINGUAL TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 0 SAMPAI 5 TAHUN




DYAN MUSTIKA SARI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA




Abstrak
 Menurut  Kamus Besar Bahasa Indonesia, multilingual adalah mampu menguasai lebih dari dua bahasa.Sedangkan pengertian dari Multilingualisme merupakan tindakan menggunakan banyak bahasa oleh individu atau masyarakat. Di dunia terdapat lebih banyak orang yang multilingual daripada monolingual. Multilingualisme menjadi salah satu fenomena sosial yang disebabkan oleh beberapa factor. Multilingual merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dikehidupan sehari-hari. Begitu banyaknya celah untuk mendapatkan informasi di era tekhnologi ini membuat manusia membutuhkan bahasa lain untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya yang memiliki bahasa yang berbeda.
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa banyak orang tua yang sangat menginginkan anaknya mampu menguasai banyak bahasa selain dari bahasa ibu.Dilihat dari manfaatnya, seorang anak yang mampu menguasai berbagai bahasa selain bahasa ibu (Multilingual) memang sangat menggiurkan. Apalagi jika bahasa yang dikuasai itu meruapakan bahasa yang sangat dibutuhkan di dunia pekerjaan.
Namun, disisi lain seorang anak bukanlah robot yang bisa semau orang tua perlakuannya. Setiap anak mempunyai banyak potensi, dan setiap anak potensinya berbeda-beda sekalipun mereka kembar identik.






Kata Kunci: Faktor Multiingual, Golden Age, Dampak multilingual





Pendahuluan
Bahasa adalah salah satu ciri khas manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. Selain itu, bahasa mempunyai fungsi sosial, baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai suatu cara mengidentifikasikan kelompok sosial. Bahasa adalah salah satu dari budaya. Keberagaman suku bangsa di dunia meruapakan  sumber dari berbagai macam bahasa yang digunakan manusia di dunia.
Seiring dengan perkembangan jaman, semakin meningkat pula informasi yang di peroleh begitupun juga dengan bahasa yang digunakan akan semakin bervariasi tergantung pada manusia itu sendiri. Sudah menjadi kebutuhan yang mutlak, seorang manusia memilih untuk menggunakan bahasa selain bahasa ibu (multilingual) karena di era globalisasi ini akses informasi semakin cepat dan juas juga tekhnologi yang semakin canggih.
Di era globalisasi ini, orangtua memiliki kecemasan dalam membesarkan anaknya. Mereka memiliki harapan yang terlalu besar sehingga anak dituntut untuk memenuhi kebutuhan orangtua, yaitu salah satunya adalah mempelajari beberapa bahasa dalam satu waktu.
Yang perlu kita ketahui bahwa seorang anak itu dikaruniai potensi dan kecerdasannya masing-masing, setiap anak akan berbeda sekalipun mereka kembar identik. Jangan selalu beranggapan bahwa semua anak itu akan menguasai bahasa asing dengan baik jika dipaksakan belajar sejak usia balita (0-5 tahun).
Multilingual pada anak mempunyai damapak positif, disisi lai juga memiliki dampak negative yang apabila dibiarkan akan mengganggu perkembangan psikoogis anak
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (2007:37) analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya.
Dalam kelompok sosial manusia memainkan berbagai peranan dan menunjukan berbagai perilaku, termasuk perilaku bahasa. Perolehan bahasa selain bahasa asli menghasilkan kedwibahasaan. Ini terjadi karena dua bahasa yang berkontak sebagai penutur bahasa dapat mempelajari unsur-unsur bahasa lainnya. Kontak bahasa itu terjadi karena pendukung masing-masing bahasa itu dapat menjadi dwibahasawan berdasarkan alasan-alasan tertentu. Seperti perpindahan penduduk dengan alasan politik, sosial atau ekonomi, nasionalisme, faktor budaya dan pendidikan, faktor perkawinan, dsb. (Komaruddin : 1989). Adapun penjelasannya yaitu :
a.       Perpindahan penduduk
Perpindahan penduduk secara kelompok mempunyai berbagai alasan. Alasan itu bisakarena keamanan, militer, ekonomi, pendidikan, politik, agama, dan bencana alam. Biasanya gerakan tersebut mengakibatkan kedwibahasaan sebagai hasil kontak antara penduduk yang baru dengan penduduk yang sudah lama berdiam di daerah tersebut. Sebagai contoh Belanda yang menjajah Indonesia selama ratusan tahun, mereka orang Belanda mempelajari Bahasa Jawa agar bisa berkomunikasi untuk memerintah. Jika orang Belanda menggunakan bahasanya maka komunikasi tidak akan bisa berlangsung.
b.      Nasionalisme dan Sistem Politik
Sejak abad ke-19 identitas bahasa dan bangsa telah menjadi unsur penting di dalam perjuangan suatu kelompok sebagai bangsa. Semangat kebangsaan berpengaruh besar terhadap penentuan dan penyebaran bahasa nasional dan telah menancapkan tingkat kedwibahasaan tertentu pada banyak negara. Ada sejumlah penulis yang berpendapat bahwa setiap bangsa perlu memiliki satu bahasa nasional. Penduduk yang tidak mempunyai bahasa sendiri hanylah setengah bangsa. ( Davies dalm Fisman, 1972 )


Billingual sebagai akibat dari pendidikan dan kebudayaan bukanlah hal yang baru. Lahirlah ungkapan bahwa menjadi terdidik atau cendekiawan berarti menjadi dwibahasawan. (Mockey dalam Komaruddin. 1967). Sebagai contoh pada zaman sekarang apbila seorang sarjan untuk sekolah ke jenjang di atasnya maka ia harus mampu berbahasa Inggris. Hal ini akan membuat orang tersebut akan menguasai dua bahasa atau lebih. Jika orang tersebut mempunyai bahasa derah misal Jawa, kemudian Bahasa Indonesa, dan Bahasa Inggris. Inilah yang menyebakan bahwa pendidikan mupun kebudayaan sebagai salah satu faktor kedwibahasaan itu lahir.

Dampak positif dan dampak negative dari multilingual pada anak usia 0-5 tahun(Golden Age)

Usia dini (antara 0-5 tahun) merupakan masa golden age bagi perkembangan bahasa anak. Ketika anak diberikan informasi mengenai sesuatu (khususnya bahasa), mereka akan mudah sekali menyerap informasi tersebut. Di sisi lain, anak yang mempelajari beberapa bahasa (multilingual) dalam satu waktu akan mengalami kebingungan. Bahasa yang berkembang di suatu negara atau daerah terkait dengan budaya dan struktur yang berbeda. Kondisi ini mengharuskan anak mengubah struktur bahasa yang sudah didapat sebelumnya dengan struktur bahasa yang baru dipelajari sehingga ia mengalami kebingungan dalam berbahasa. Padahal yang seperti kita ketahui bahwa salah satu faktor penunjang seorang anak dapat berhasil menjalin interaksi dan mempertahankan hubungan sosial dengan teman atau orang di sekitarnya adalah faktor bahasa. Bila faktor bahasa ini mengalami keterhambatan, maka ia akan mengalami kesulitan juga dalam berkomunikasi secara efektif dengan orang-orang di lingkungannya. Komunikasi secara efektif ini memiliki dampak positif terhadap konsep diri anak. Di saat anak kurang mampu untuk mengungkapkan secara verbal mengenai pendapat atau idenya kepada orang lain di sekitarnya, kondisi ini akan mempengaruhi konsep dirinya menjadi negatif. Anak tersebut merasa bahwa pendapatnya kurang berkualitas atau mengalami kecemasan bahwa pendapatnya tidak diterima oleh temannya. Selain itu, ia juga kurang mampu untuk memberikan respon verbal yang sesuai dengan harapan lingkungannya. Sulitnya mengekspresikan ide atau pendapat ini sangat berdampak negatif terhadap hubungan sosialnya sehingga self esteem- nya menjadi rendah.
Orangtua boleh saja memiliki harapan terhadap anak. Akan tetapi, hal tersebut juga perlu disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak. Perkembangan anak bukan hanya terbatas pada kemampuan kognitif saja, termasuk kemampuan berbahasa. Namun, perkembangan anak meliputi kemampuan kognitif, fisik, emosional dan sosialisasi. Bila salah satu perkembangannya terhambat, maka anak tersebut kurang berkembang secara optimal. Sayang sekali, anak yang memiliki kecerdasan luar biasa tetapi keterampilan bersosialisasinya buruk dan penyesuaian dirinya buruk karena ia memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ide/ pendapat secara verbal.
Untuk mengatasi dampak negatif dari kebingungan dalam mempelajari beberapa bahasa, maka orangtua disarankan untuk menguasai terlebih dahulu satu bahasa Ibu. Ketika sudah menguasai bahasa Ibu, ia dapat diberikan untuk mempelajari bahasa lain. Bila kondisi ini sudah terbentuk, anak tidak lagi mengalami kebingungan dalam berbahasa sehingga ia mampu mengekspresikan ide/ pendapatnya dengan lancar. Tidak adanya kesulitan dalam mengekspresikan idenya membantunya untuk mudah berkomunikasi secara efektif dengan orang lain di lingkungannya. Dengan begitu, anak menjadi lebih percaya diri karena bahasa yang merupakan salah satu faktor berpengaruh untuk berinteraksi dengan orang lain sudah dikuasainya. Meski demikian, untuk karakteristik anak pemalu maka orangtua harus tetap memberikan dukungan kepada anak untuk berinteraksi dengan orang banyak. Berikan kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak dengan orang banyak. Semakin banyak orang yang ditemuinya, anak semakin terlatih untuk berinteraksi dengan bermacam-macam tipe orang sehingga keterampilan sosialisasinya terlatih dengan baik.




Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian suatu metode didasarkan atas kesesuaian dengan obyek yang akan diteliti. Berdasarkan obyek penelitian tersebut, metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis dampak dari multilinguistik Adapun teknik penelitian dengan studipustaka.

Pembahasan
Sesungguhnya setiap manusia yang  dilahirkan diberi Tuhan kemampuan mengenal beragam bahasa. Yang utama bahasa ibu bahasa yang dikenalkan sebagai kebutuhan berkomunikasi sehari-hari. Setelah itu dikuasai, barulah dikenalkan bahasa kedua diluar bahasa ibu.
Sebaiknya sampai sekitar usia 2 tahun, orangtua mengenalkan bahasa ibu sebagai bahasa yang dominan dipakai sang anak sebagai bahasa aktif untuk berkomunikasi.Baru setelahnya bahasa kedua bisa diperkenalkan. Sebagai contoh, seandainya kita tinggal di Indonesia, kenalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa aktifnya. Karena tentu ia perlu bersosialisasi dengan sesama temannya yang sama-sama berbahasa Indonesia. Namun bila ada rencana tinggal dan bermukim di luar negeri, kita bisa mengenalkan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu. Baru kemudian mengenalkan bahasa lain sebagai bahasa kedua.
Namun satu hal yang perlu diingat, bahasa kedua hanya diperkenalkan bila si anak sudah menguasai bahasa ibu setidaknya saat usianya diatas 2 tahun. Karena diusia diatas 2 tahun anak sudah mampu berujar dengan merangkai 3 kata sekaligus. Bila sampai usia 2 tahun kemampuan bahasa ibunya masih terbata-bata bahkan malah jarang bicara, kenalkan hanya satu bahasa saja   padanya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenalkan beberapa bahasa pada anak agar tak terjadi kebingungan bahasa.
Harus konsisten
Ketika kita ingin mengenalkan bahasa kedua, maka kita harus mengenalkannya secara konsisten. Misal, ibu ingin memutuskan berkomunikasi dengan anak dalam bahasa Inggris dan ayah menggunakan bahasa Indonesia. Pembagian peran ini sebisa mungkin dilakukan dengan konsisten. Setiap kali berbicara dengan anak gunakan bahasa yang sudah dipilih.

Tidak dicampur aduk
Bila sudah memutuskan berbahasa Inggris dengan anak, maka sangat tidak dianjurkan mencampuradukkan bahasa itu dengan bahasa lain. Misalnya kita ingin katakan “Saya sedang makan” sebaiknya ibu katakan “I’m eating now” bukan, ibu eating dulu ya”. Ini hanya akan membuat anak tidak tahu cara berbahasa yang benar.

Sesuai tata bahasa
Gunakan tata bahasa yang benar, untuk menghindari kebingungan bahasa pada anak.  Misalnya saat kita ingin mengapresiasinya anak saat ia makan, dengan kalimat “Good boy, you eated now.” Padahal tata bahasa yang benar “Good boy, you are eating now.” Karena bila kemudian anak bicara dengan orang lain dengan tata bahasa yang dikoreksi, bukan tak mungkin anak akan bingung, kata ia tak tahu siapa yang benar, ibunya atau orang yang mengoreksinya.

Pelafalan yang tepat
Bagi orang Indonesia, lafal dalam kata Bahasa Inggris, seringkali sulit karena ada bunyi-bunyi yang tidak ditemukan padanannya dalam kosa kata Bahasa Indonesia. Misalnya ayah mengucap sebuah kata dalam logat Inggris, sementara ibu mengucapnya dalam logat bahasa Indonesia. Lebih parah lagi bila dalam logat bahasa daerah. Bila ayah dan ibu berbeda dalam menyebutnya, bukan tak mungkin ini menambah kebingungan sang anak. Atau dalam bahasa Inggris sendiri, ada versi American  English dan British English. Contohnya dalam mengucap kata “dance.”  Versi American English menyebutnya dengan “dens”, sedangkan British English menyebutnya dengan “dans”. Bila anak tak tahu asal muasalnya, bukan tak mungkin akan terjadi kebingungan.

kesimpulan
Demikian beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengenalkan bahasa asing pada anak agar tak terjadi kebingungan bahasa. Orang tua perlu bijak mengenalkan bahasa apa yang mampu diserap sang anak dengan menimbang kemampuan berbahasanya terlebih dahulu. Jangan sampai ambisi orangtua membuat membuat anak tak nyaman berbahasa. Alih-alih ingin melihat anaknya fasih bercas-cis-cus menguasai bahasa asing, yang didapat malah anaknya mogok berkomunikasi.

Saran-saran
Bagi orang tua yang sangat menginginkan anaknya menguasai bahasa asing selain bahasa ibu, ada baiknya orang tua terlebih dahulu mengerti kondisi anaknya. Bila anak mampu, sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mengembankannya. Golden Age merupakan saat puncak pertumbuhan anak, sebaiknya orang tua tidak memaksakan.


Daftar Pustaka

Holt, J. (2012). Bagaimana Siswa Belajar. Jakarta: Erlangga.
Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Ketrampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Mahfud, C. (2011). Pendidikan Multikultural.Yogjakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.      
Pateda, Mansoer, Drs. (1987). Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa Bandung.
Purwanto, ngalim, Drs. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Yusuf, S., Nani M Sugandi. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar