PENGARUH MULTILINGUAL TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA
INDONESIA PADA ANAK USIA 0 SAMPAI 5 TAHUN
DYAN
MUSTIKA SARI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Abstrak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, multilingual
adalah mampu menguasai lebih dari dua bahasa.Sedangkan pengertian dari Multilingualisme merupakan tindakan menggunakan banyak bahasa oleh individu atau masyarakat. Di dunia terdapat lebih banyak orang
yang multilingual daripada monolingual. Multilingualisme menjadi salah
satu fenomena sosial yang disebabkan oleh beberapa factor. Multilingual merupakan
fenomena yang sudah tidak asing lagi dikehidupan sehari-hari. Begitu banyaknya
celah untuk mendapatkan informasi di era tekhnologi ini membuat manusia
membutuhkan bahasa lain untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya yang
memiliki bahasa yang berbeda.
Dari
hasil penelitian ini menunjukan bahwa banyak orang tua yang sangat menginginkan
anaknya mampu menguasai banyak bahasa selain dari bahasa ibu.Dilihat dari
manfaatnya, seorang anak yang mampu menguasai berbagai bahasa selain bahasa ibu
(Multilingual) memang sangat menggiurkan. Apalagi jika bahasa yang dikuasai itu
meruapakan bahasa yang sangat dibutuhkan di dunia pekerjaan.
Namun,
disisi lain seorang anak bukanlah robot yang bisa semau orang tua perlakuannya.
Setiap anak mempunyai banyak potensi, dan setiap anak potensinya berbeda-beda
sekalipun mereka kembar identik.
Kata Kunci: Faktor Multiingual,
Golden Age, Dampak multilingual
Pendahuluan
Bahasa adalah salah
satu ciri khas manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain.
Selain itu, bahasa mempunyai fungsi sosial, baik sebagai alat komunikasi maupun
sebagai suatu cara mengidentifikasikan kelompok sosial. Bahasa adalah salah
satu dari budaya. Keberagaman suku bangsa di dunia meruapakan sumber dari berbagai macam bahasa yang
digunakan manusia di dunia.
Seiring dengan
perkembangan jaman, semakin meningkat pula informasi yang di peroleh begitupun
juga dengan bahasa yang digunakan akan semakin bervariasi tergantung pada
manusia itu sendiri. Sudah menjadi kebutuhan yang mutlak, seorang manusia memilih
untuk menggunakan bahasa selain bahasa ibu (multilingual) karena di era
globalisasi ini akses informasi semakin cepat dan juas juga tekhnologi yang
semakin canggih.
Di era globalisasi ini,
orangtua memiliki kecemasan dalam membesarkan anaknya. Mereka memiliki harapan
yang terlalu besar sehingga anak dituntut untuk memenuhi kebutuhan orangtua,
yaitu salah satunya adalah mempelajari beberapa bahasa dalam satu waktu.
Yang perlu kita ketahui
bahwa seorang anak itu dikaruniai potensi dan kecerdasannya masing-masing,
setiap anak akan berbeda sekalipun mereka kembar identik. Jangan selalu
beranggapan bahwa semua anak itu akan menguasai bahasa asing dengan baik jika
dipaksakan belajar sejak usia balita (0-5 tahun).
Multilingual pada anak
mempunyai damapak positif, disisi lai juga memiliki dampak negative yang
apabila dibiarkan akan mengganggu perkembangan psikoogis anak
Dalam kamus umum Bahasa
Indonesia (2007:37) analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dsb) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk
perkaranya.
Dalam kelompok sosial manusia memainkan berbagai peranan dan
menunjukan berbagai perilaku, termasuk perilaku bahasa. Perolehan bahasa selain
bahasa asli menghasilkan kedwibahasaan. Ini terjadi karena dua bahasa yang
berkontak sebagai penutur bahasa dapat mempelajari unsur-unsur bahasa lainnya.
Kontak bahasa itu terjadi karena pendukung masing-masing bahasa itu dapat
menjadi dwibahasawan berdasarkan alasan-alasan tertentu. Seperti perpindahan
penduduk dengan alasan politik, sosial atau ekonomi, nasionalisme, faktor
budaya dan pendidikan, faktor perkawinan, dsb. (Komaruddin : 1989). Adapun
penjelasannya yaitu :
a. Perpindahan penduduk
Perpindahan
penduduk secara kelompok mempunyai berbagai alasan. Alasan itu bisakarena
keamanan, militer, ekonomi, pendidikan, politik, agama, dan bencana alam.
Biasanya gerakan tersebut mengakibatkan kedwibahasaan sebagai hasil kontak
antara penduduk yang baru dengan penduduk yang sudah lama berdiam di daerah
tersebut. Sebagai contoh Belanda yang menjajah Indonesia selama ratusan tahun,
mereka orang Belanda mempelajari Bahasa Jawa agar bisa berkomunikasi untuk
memerintah. Jika orang Belanda menggunakan bahasanya maka komunikasi tidak akan
bisa berlangsung.
b. Nasionalisme dan Sistem
Politik
Sejak
abad ke-19 identitas bahasa dan bangsa telah menjadi unsur penting di dalam
perjuangan suatu kelompok sebagai bangsa. Semangat kebangsaan berpengaruh besar
terhadap penentuan dan penyebaran bahasa nasional dan telah menancapkan tingkat
kedwibahasaan tertentu pada banyak negara. Ada sejumlah penulis yang berpendapat
bahwa setiap bangsa perlu memiliki satu bahasa nasional. Penduduk yang tidak
mempunyai bahasa sendiri hanylah setengah bangsa. ( Davies dalm Fisman, 1972 )
Billingual
sebagai akibat dari pendidikan dan kebudayaan bukanlah hal yang baru. Lahirlah ungkapan
bahwa menjadi terdidik atau cendekiawan berarti menjadi dwibahasawan. (Mockey
dalam Komaruddin. 1967). Sebagai contoh pada zaman sekarang apbila seorang
sarjan untuk sekolah ke jenjang di atasnya maka ia harus mampu berbahasa
Inggris. Hal ini akan membuat orang tersebut akan menguasai dua bahasa atau
lebih. Jika orang tersebut mempunyai bahasa derah misal Jawa, kemudian Bahasa
Indonesa, dan Bahasa Inggris. Inilah yang menyebakan bahwa pendidikan mupun
kebudayaan sebagai salah satu faktor kedwibahasaan itu lahir.
Dampak positif dan dampak negative
dari multilingual pada anak usia 0-5 tahun(Golden Age)
Usia dini (antara 0-5
tahun) merupakan masa golden age bagi perkembangan bahasa anak. Ketika
anak diberikan informasi mengenai sesuatu (khususnya bahasa), mereka akan mudah
sekali menyerap informasi tersebut. Di sisi lain, anak yang mempelajari
beberapa bahasa (multilingual) dalam satu waktu akan mengalami kebingungan.
Bahasa yang berkembang di suatu negara atau daerah terkait dengan budaya dan
struktur yang berbeda. Kondisi ini mengharuskan anak mengubah struktur bahasa
yang sudah didapat sebelumnya dengan struktur bahasa yang baru dipelajari
sehingga ia mengalami kebingungan dalam berbahasa. Padahal yang seperti kita
ketahui bahwa salah satu faktor penunjang seorang anak dapat berhasil menjalin
interaksi dan mempertahankan hubungan sosial dengan teman atau orang di
sekitarnya adalah faktor bahasa. Bila faktor bahasa ini mengalami
keterhambatan, maka ia akan mengalami kesulitan juga dalam berkomunikasi secara
efektif dengan orang-orang di lingkungannya. Komunikasi secara efektif ini
memiliki dampak positif terhadap konsep diri anak. Di saat anak kurang mampu
untuk mengungkapkan secara verbal mengenai pendapat atau idenya kepada orang
lain di sekitarnya, kondisi ini akan mempengaruhi konsep dirinya menjadi
negatif. Anak tersebut merasa bahwa pendapatnya kurang berkualitas atau
mengalami kecemasan bahwa pendapatnya tidak diterima oleh temannya. Selain itu,
ia juga kurang mampu untuk memberikan respon verbal yang sesuai dengan harapan
lingkungannya. Sulitnya mengekspresikan ide atau pendapat ini sangat berdampak
negatif terhadap hubungan sosialnya sehingga self esteem- nya menjadi
rendah.
Orangtua boleh saja
memiliki harapan terhadap anak. Akan tetapi, hal tersebut juga perlu
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak. Perkembangan anak bukan hanya
terbatas pada kemampuan kognitif saja, termasuk kemampuan berbahasa. Namun,
perkembangan anak meliputi kemampuan kognitif, fisik, emosional dan
sosialisasi. Bila salah satu perkembangannya terhambat, maka anak tersebut
kurang berkembang secara optimal. Sayang sekali, anak yang memiliki kecerdasan
luar biasa tetapi keterampilan bersosialisasinya buruk dan penyesuaian dirinya
buruk karena ia memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ide/ pendapat secara
verbal.
Untuk mengatasi dampak
negatif dari kebingungan dalam mempelajari beberapa bahasa, maka orangtua
disarankan untuk menguasai terlebih dahulu satu bahasa Ibu. Ketika sudah
menguasai bahasa Ibu, ia dapat diberikan untuk mempelajari bahasa lain. Bila
kondisi ini sudah terbentuk, anak tidak lagi mengalami kebingungan dalam
berbahasa sehingga ia mampu mengekspresikan ide/ pendapatnya dengan lancar.
Tidak adanya kesulitan dalam mengekspresikan idenya membantunya untuk mudah
berkomunikasi secara efektif dengan orang lain di lingkungannya. Dengan begitu,
anak menjadi lebih percaya diri karena bahasa yang merupakan salah satu faktor
berpengaruh untuk berinteraksi dengan orang lain sudah dikuasainya. Meski
demikian, untuk karakteristik anak pemalu maka orangtua harus tetap memberikan
dukungan kepada anak untuk berinteraksi dengan orang banyak. Berikan
kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak dengan orang banyak. Semakin banyak
orang yang ditemuinya, anak semakin terlatih untuk berinteraksi dengan
bermacam-macam tipe orang sehingga keterampilan sosialisasinya terlatih dengan
baik.
Metode
Penelitian
Dalam sebuah penelitian
suatu metode didasarkan atas kesesuaian dengan obyek yang akan diteliti.
Berdasarkan obyek penelitian tersebut, metode penelitian yang digunakan untuk
menganalisis dampak dari multilinguistik Adapun teknik penelitian dengan
studipustaka.
Pembahasan
Sesungguhnya
setiap manusia yang dilahirkan diberi Tuhan kemampuan mengenal beragam
bahasa. Yang utama bahasa ibu bahasa yang dikenalkan sebagai kebutuhan
berkomunikasi sehari-hari. Setelah itu dikuasai, barulah dikenalkan bahasa
kedua diluar bahasa ibu.
Sebaiknya
sampai sekitar usia 2 tahun, orangtua mengenalkan bahasa ibu sebagai bahasa
yang dominan dipakai sang anak sebagai bahasa aktif untuk berkomunikasi.Baru
setelahnya bahasa kedua bisa diperkenalkan. Sebagai contoh, seandainya kita
tinggal di Indonesia, kenalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa aktifnya. Karena
tentu ia perlu bersosialisasi dengan sesama temannya yang sama-sama berbahasa
Indonesia. Namun bila ada rencana tinggal dan bermukim di luar negeri, kita
bisa mengenalkan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu. Baru kemudian mengenalkan
bahasa lain sebagai bahasa kedua.
Namun satu
hal yang perlu diingat, bahasa kedua hanya diperkenalkan bila si anak sudah
menguasai bahasa ibu setidaknya saat usianya diatas 2 tahun. Karena diusia
diatas 2 tahun anak sudah mampu berujar dengan merangkai 3 kata sekaligus. Bila
sampai usia 2 tahun kemampuan bahasa ibunya masih terbata-bata bahkan malah jarang
bicara, kenalkan hanya satu bahasa saja
padanya.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenalkan beberapa bahasa pada anak agar
tak terjadi kebingungan bahasa.
Harus konsisten
Ketika kita ingin mengenalkan bahasa kedua, maka kita harus mengenalkannya secara konsisten. Misal, ibu ingin memutuskan berkomunikasi dengan anak dalam bahasa Inggris dan ayah menggunakan bahasa Indonesia. Pembagian peran ini sebisa mungkin dilakukan dengan konsisten. Setiap kali berbicara dengan anak gunakan bahasa yang sudah dipilih.
Tidak dicampur aduk
Bila sudah memutuskan berbahasa Inggris dengan anak, maka sangat tidak dianjurkan mencampuradukkan bahasa itu dengan bahasa lain. Misalnya kita ingin katakan “Saya sedang makan” sebaiknya ibu katakan “I’m eating now” bukan, ibu eating dulu ya”. Ini hanya akan membuat anak tidak tahu cara berbahasa yang benar.
Sesuai tata bahasa
Gunakan tata bahasa yang benar, untuk menghindari kebingungan bahasa pada anak. Misalnya saat kita ingin mengapresiasinya anak saat ia makan, dengan kalimat “Good boy, you eated now.” Padahal tata bahasa yang benar “Good boy, you are eating now.” Karena bila kemudian anak bicara dengan orang lain dengan tata bahasa yang dikoreksi, bukan tak mungkin anak akan bingung, kata ia tak tahu siapa yang benar, ibunya atau orang yang mengoreksinya.
Pelafalan yang tepat
Bagi orang Indonesia, lafal dalam kata Bahasa Inggris, seringkali sulit karena ada bunyi-bunyi yang tidak ditemukan padanannya dalam kosa kata Bahasa Indonesia. Misalnya ayah mengucap sebuah kata dalam logat Inggris, sementara ibu mengucapnya dalam logat bahasa Indonesia. Lebih parah lagi bila dalam logat bahasa daerah. Bila ayah dan ibu berbeda dalam menyebutnya, bukan tak mungkin ini menambah kebingungan sang anak. Atau dalam bahasa Inggris sendiri, ada versi American English dan British English. Contohnya dalam mengucap kata “dance.” Versi American English menyebutnya dengan “dens”, sedangkan British English menyebutnya dengan “dans”. Bila anak tak tahu asal muasalnya, bukan tak mungkin akan terjadi kebingungan.
Ketika kita ingin mengenalkan bahasa kedua, maka kita harus mengenalkannya secara konsisten. Misal, ibu ingin memutuskan berkomunikasi dengan anak dalam bahasa Inggris dan ayah menggunakan bahasa Indonesia. Pembagian peran ini sebisa mungkin dilakukan dengan konsisten. Setiap kali berbicara dengan anak gunakan bahasa yang sudah dipilih.
Tidak dicampur aduk
Bila sudah memutuskan berbahasa Inggris dengan anak, maka sangat tidak dianjurkan mencampuradukkan bahasa itu dengan bahasa lain. Misalnya kita ingin katakan “Saya sedang makan” sebaiknya ibu katakan “I’m eating now” bukan, ibu eating dulu ya”. Ini hanya akan membuat anak tidak tahu cara berbahasa yang benar.
Sesuai tata bahasa
Gunakan tata bahasa yang benar, untuk menghindari kebingungan bahasa pada anak. Misalnya saat kita ingin mengapresiasinya anak saat ia makan, dengan kalimat “Good boy, you eated now.” Padahal tata bahasa yang benar “Good boy, you are eating now.” Karena bila kemudian anak bicara dengan orang lain dengan tata bahasa yang dikoreksi, bukan tak mungkin anak akan bingung, kata ia tak tahu siapa yang benar, ibunya atau orang yang mengoreksinya.
Pelafalan yang tepat
Bagi orang Indonesia, lafal dalam kata Bahasa Inggris, seringkali sulit karena ada bunyi-bunyi yang tidak ditemukan padanannya dalam kosa kata Bahasa Indonesia. Misalnya ayah mengucap sebuah kata dalam logat Inggris, sementara ibu mengucapnya dalam logat bahasa Indonesia. Lebih parah lagi bila dalam logat bahasa daerah. Bila ayah dan ibu berbeda dalam menyebutnya, bukan tak mungkin ini menambah kebingungan sang anak. Atau dalam bahasa Inggris sendiri, ada versi American English dan British English. Contohnya dalam mengucap kata “dance.” Versi American English menyebutnya dengan “dens”, sedangkan British English menyebutnya dengan “dans”. Bila anak tak tahu asal muasalnya, bukan tak mungkin akan terjadi kebingungan.
kesimpulan
Demikian
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengenalkan bahasa asing pada anak
agar tak terjadi kebingungan bahasa. Orang tua perlu bijak mengenalkan bahasa
apa yang mampu diserap sang anak dengan menimbang kemampuan berbahasanya
terlebih dahulu. Jangan sampai ambisi orangtua membuat membuat anak tak nyaman
berbahasa. Alih-alih ingin melihat anaknya fasih bercas-cis-cus menguasai
bahasa asing, yang didapat malah anaknya mogok berkomunikasi.
Saran-saran
Bagi orang tua yang sangat menginginkan anaknya menguasai
bahasa asing selain bahasa ibu, ada baiknya orang tua terlebih dahulu mengerti
kondisi anaknya. Bila anak mampu, sudah menjadi kewajiban orang tua untuk
mengembankannya. Golden Age merupakan saat puncak pertumbuhan anak, sebaiknya
orang tua tidak memaksakan.
Daftar Pustaka
Holt, J. (2012). Bagaimana Siswa Belajar. Jakarta: Erlangga.
Kosasih, E.
2012. Dasar-Dasar Ketrampilan Bersastra.
Bandung: Yrama Widya.
Mahfud, C. (2011).
Pendidikan Multikultural.Yogjakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Poerwadarminta.
2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Pateda, Mansoer,
Drs. (1987). Sosiolinguistik.
Bandung: Angkasa Bandung.
Purwanto,
ngalim, Drs. (2011). Psikologi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Yusuf, S., Nani
M Sugandi. (2012). Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar