Senin, 05 Januari 2015

Witri Riyanti

KEMAMPUAN ANAK USIA DINI MEMPELAJARI
BAHASA ASING
Oleh :
Witri Riyanti
1405668

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan dan kecepatan anak  dalam mempelajari bahasa asing apakah mudah dipelajari dan mudah di ingat oleh si anak. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian melalui metode deskriptif.Data terdiri dari perkembangan fungsi otak, priode skill, dan bagaimana megajarkan bahasa kedua kepada anak. Hasil analisis data menunjukan bahwa anak usia dini adalah masa keemasan untuk mempelajari berbagai bahasa.
Kata kunci: perkembangan anak, kemampuan anak, bahasa asing

BAB I
PENDAHULUAN
1.1            . Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak.Anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya (social skill) melalui berbahasa.Keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa.
Periode paling sensitif terhadap bahasa dalam kehidupan seseorang adalah antara umur nol sampai delapan tahun.Segala macam aspek dalam berbahasa harus diperkenalkan kepada anak sebelum masa sensitif ini berakhir. Pada periode sensitif ini sangat penting diperkenalkan cara berbahasa yang baik dan benar, karena keahlian ini sangat berguna untuk berkomunikasi dengan lingkungannya (Maria Montessori,1991).
Tujuan tersebut ialah supaya anak dapat memahamicara berbahasa yang baik dan benar, berani mengungkapakan ide ataupendapatnya dan dapat berkomunikasi dengan lingkungannya.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam mempelajari bahasa asing. Dari masalah tersebut dapat diperoleh rumusan masalah yaitu apa saja yang dapat anak mampu mempelajari bahasa asing dengan mudah.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan, tujuan penelatian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan anak usia dini mempelajari bahasa asing, serta alasan kenapa anak usia dini harus mempelajari berbagai bahasa dan bagaimana agar anak mudah mempelajari bahasa.
1.4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan metode deskriptif.Dalam penelitian yang bersifat deskriptif terdapat tiga tahapan pelaksanaan penelitian yaitu penyedian data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data (Mahsun, 2005:84).
BAB II
ISI
2.1. Pembahasan
Mengapa kemampuan berbahasa dapat dijadikan salah satu indikator kecerdasan anak usia dini? Anak pada masa usia dini akan mengalami masa keemasannya yang disebut juga masa peka.  Masa peka adalah masa dimana anak menjadi peka dan merespon stimulan yang diberikan oleh lingkungan disekitarnya.
Di masa inilah anak mengembangkan aspek-aspek yang ada pada dirinya seperti kemampuan kognitif, motorik, sosio emosional, agama, moral juga bahasa.Menulis juga membaca merupakan contoh kegiatan dalam mengembangkan aspek bahasa.
Semua kegiatan melatih dan mengembangkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi anak sangat bergantung pada bagaimana cara kita mengenalkannya pada mereka.
Sebetulnya berapa usia terbaik atau paling optimum untuk seorang anak mempelajari bahasa kedua? Seperti kita ketahui bahwa biasanya seorang anak akan mempelajari bahasa yang pertama (first language), yaitu bahasa ibu. Anak Indonesia biasanya menguasai Bahasa Indonesia atau bahasa daerah sebagai bahasa yang pertama. Untuk menjawab pertanyaan berapa usia optimum anak untuk belajar bahasa kedua (ketiga dst), mari kita tengok beberapa hal yang berkaitan dengan kemampuan belajar bahasa pada anak.

2.1.1. Belajar bahasa merupakan proses alamiah seorang anak 

Dalam milestones perkembangan seorang bayi mulai mengeluarkan 700 jenis bunyi atau babbling (mengoceh) pada usia 6 bulan. Ia dapat menyerap hingga 2000 kosakata dari lingkungannya saat usia 4 tahun (Kotulak, 1996).

-CritticalPeriod
Berdasarkan hipotesis periode kritis, seorang anak memiliki periode waktu dimana ia memiliki puncak skill mempelajari bahasa kedua. Peneliti menyebutkan periode ini berlangsung pada 3 tahun pertama kehidupan dan berakhir pada usia 6-7 tahun. Hal ini dihubungkan dengan perkembangan fungsi otak yang plastis pada periode ini.

Setiap anak yang sehat terlahir dengan 100 milyar sel otak, dan masing-masing sel dapat membuat 20.000 koneksi.Seberapa banyak sel membuat koneksi tergantung pada stimulasi lingkungannya (Diamond, 1988; Ornstein, 1984, 1986). 50% kemampuan belajar akan terbentuk dalam usia satu tahun pertama dan 30 persen selanjutnya terbentuk sampai sekitar usia 8 tahun. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak akan membentuk jaras belajar (learning pathways) yang penting di dalam otak (Bloom, 1964). Teori ini dapat dibuktikan di sekolah Swedia yang merupakan salah satu negara multilingual dimana dapat diumpai anak-anak usia 3 tahun dapat berbicara 3 bahasa dengan fasih (Dryden & Vos, 1997).
Peneliti lain berpendapat bahwa periode kritis ini berlangsung hingga usia pubertas, dan inilah periode terbaik untuk belajar bahasa kedua. Hingga usia 12 tahun otak bagaikan spons super yang dapat menyerap segala sesuatu. Selain itu, dalam periode ini akan terbentuk fondasi berpikir, berbahasa, penglihatan, attitude, aptitude dan karakter lain. Setelah melewati tahap ini maka periode kritis akan berhenti dan arsitektur fundamental otak telah sempurna terbentuk (Kotulak, 1996).
BAGAIMANA MENGAJARKAN BAHASA KEDUA ATAU KETIGA PADA ANAK?
Ada 6 jaras utama belajar dalam otak, yaitu belajar melalui penglihatan, suara, rasa, sentuhan, bau dan mempraktekkan sesuatu (Dryden & Vos, 1997). Anak dapat belajar dari pendengaran, imitating, dan practicing. Jadi kita dapat menggunakan permainan atau games, lagu dan sebagainya. Dan yang terpenting proses ini haruslah fun, menyenangkan, tidak dipaksakan dan bukan merupakan beban bagi anak.(Jensen, 1994; Dryden & Vos, 1997).

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan dan Saran
·         Proses belajar bahasa kedua atau bahasa asing yang simultan dapat dimulai pada usia anak 3 tahun 
·         Periode puncak belajar bahasa kedua yaitu pada usia 3 – 7 tahun sampai pre pubertas (12 tahun)
·         Beri waktu yang cukup bagi seorang anak untuk menguasai satu bahasa secara penuh terlebh dahulu (bahasa ibu) sebelum memperkenalkan bahasa kedua, ketiga dan seterusnya supaya mereka tidak melalui masa kebingungan untuk mengekspresikan sesuatu.
·         Bila ingin mengajarkan lebih dari satu bahasa pada anak, sebisa mungkin prosesnya dibuat balance dan fun, tidak bersifat memaksakan dan membebani anak.
·         Gunakan berbagai sarana yang bersifat menyenangkan seperti permainan,lagu, buku cerita sewaktu mengenalkan bahasa kedua pada anak

DAFTAR PUSTAKA
Auryn, Virzara. (2007). How To Create a Smart Kids?.Yogyakarta: Kata Hati
Miftahul. (2014). “Bagaimanakah Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini (AUD)?”.[Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2014/04/16/bagaimanakah-perkembangan-bahasa-pada-anak-usia-dini-aud-647187.html yang direkam pada 16 April 2014  01:28 GMT. [26 Desember 2014].
Bloom, B.S. (1964). Stability and Change in Human Characteristics. New York: Wiley.
Diamond, M. (1988). Enriching Heredity. New York: Macmillan.
Dryden, G. & Vos, J. (1997).The Learning Revolution. Auckland, NZ: The Learning Web.
Jensen, E. (1994). The Learning Brain. San Diego: Turning Point for Teachers.
Kotulak, R. (1996). Inside the Brain. Andrews and McMeel.
Kuhl, P. K. (2004). Early language acquisition: Cracking the speech code. Nature Reviews Neuroscience, 5 (11), 831-843.
McLaughlin, B., Blanchard, A., & Osanai, Y. (1995). Assessing language development in bilingual preschool children. NCELA Program Information Guide Series, 22.
Ornstein, R. (1984). The Amazing Brain. Boston: Houghton Mifflin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar