Senin, 05 Januari 2015

Triani Sofi Nurrahmah

KEINDAHAN ONOMATOPE DALAM KERAGAMAN BAHASA
Triani Sofi Nurrahmah (1403698)
Abstrak. Onomatope, kata peniru bunyi, merupakan fenomena umum yang ditemukan dalam semua bahasa di dunia. Menjadikan sebuah kata-kata yang diartikan dari sebuah suara alam merupakan sesuatu yang umum.  Hampir semua usia pasti menggunakan onomatope, baik disadari ataupun tidak. Beragam karakteristik dimiliki oleh onomatope. Membuat onomatope menjadi sebuah kata yang indah dan mudah untuk dipahami.
Kata kunci: makna, bahasa, fungsi, karakteristik, contoh.
Pendahuluan
Banyak ahli linguistik dan ahli filsafat telah memikirkan antara lambang bunyi dan maknanya. Hal tersebut menuntun kepada teori simbiolisme bunyi, yang di mana bidang cakupannya adalah onomatope, kata peniru bunyi. Kata-kata yang disebut onomatope, akan memberikan saran atau petunjuk bagi sesuatu yang dilambangkan. Walaupun demikian, dari bahasa satu dengan bahasa yang lainnya ternyata tidak percis sama. Hal tersebut dikarenakan fonologi dari setiap bahasa berbeda-beda.
Onomatope berasal dari Bahasa Yunani yaitu kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Menurut Herman J. Waluyo (1995), onomatope adalah tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada. Onomatope ditemukan di semua negara dalam pelafalan bahasa tersendiri. Baik yang meniru suara hewan, alam, atau suara yang dibuat oleh manusia sendiri. Bukan hanya dalam bentuk komunikasi lisan, namun juga komunikasi tertulis. Dengan kata lain, onomatope adalah bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi. Terlebih bahwa beberapa ahli bahasa percaya onomatope adalah kata-kata yang pertama kali manusia gunakan dalam berbicara ketika bahasa masih dikembangkan. Karena imitasi memungkinkan sang pendengar untuk memahami makna yang dimaksud dengan mudah. Hal tersebut merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan tindakan atau maksud tertentu, yang merupakan sebagian dari percakapan antara manusia primodial. Oleh karena itu, suara-suara primitif telah berevolusi dari waktu ke waktu, dan sisa-sisanya menjadi onomatope seperti sekarang ini.
Meskipun pembahasan tentang onomatope sangatlah penting dalam bahasa di dunia, studi tentang penyelidikan ini sangatlah minim dan tidak memadai. Padahal onomatope dapat dikatakan sebagai bahasa tua dan menarik untuk dibahas. Dalam rangka memberikan gambaran yang lebih jelas, jurnal ini dibuat untuk mengetahui karakteristik Keindahan Onomatope dalam Keragaman Bahasa. Diharapkan dari ulasan ini kita dapat mengerti dan faham akan onomatope.

Mengenal Onomatope
Bahasa terdiri atas tanda-tanda. Tanda tersebut memiliki dua aspek, yaitu konsep dengan signified (petanda) dan citra bunyi dengan signifier (penanda). Penanda adalah lambang bunyi, sedangkan petanda merupakan konsep yang dikandung oleh penanda. Namun, hubungan antara penanda dengan petanda bersifat arbitrer (sewenang-wenang) dan konvensional (hal yang mengabsahkan hubungan kearbitreran). Lambang yang berupa bunyi tidak memberi saran untuk mengenal konsep yang diwakilinya. Oleh karena itu, bahasa terlahir dari sebuah kesepakatan bersama.
Menurut J. G. Herder dalam buku Linguistik Bandingan Historis, awal mula timbulnya bahasa diawali dengan bunyi-bunyi onomatope. Hal ini dibuktikan dengan objek yang diberi nama sesuai dengan bunyi onomatope. Objek tersebut seperti suara hewan dan suara alam. Dengan cara seperti ini terciptalah kata-kata dalam bahasa.
Anderson (1998) mencatat ada empat keberatan dari onomatope atas dasar linguistik yang diajukan oleh beberapa ahli bahasa. Keberatan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Onomatope merupakan tanda-tanda konvensional, bukan mengikuti gema;
2.      Bahkan jika onomatope yang meniru, mereka bukan non-arbitrer;
3.      Onomatope ada pada margin bahasa, bukan sebagai bagian dari langue;
4.      Onomatope tidak akan akurat meniru suara alam.
Menanggapi hal tersebut, Anderson menunjukkan bahwa kapasitas manusia untuk meniru suara dibatasi oleh kendala sistem fonologi dan struktur vokal manusia. Oleh karena itu, tiruan akurat dari suara alam memang tidak mungkin, dan karenanya keberatan 4 benar. Tetapi tetap tidak dapat membuktikan bahwa onomatope hanyalah konvensional. Selain itu, karena onomatope dibatasi oleh sistem fonologi bahasa yang berbeda, onomatope hanya dapat mengimitasi sebagian suara alam. Namun, hal tersebut tidak akan alami mengikuti onomatope yang konvensional dan arbitrer. Faktanya, onomatope termasuk jenis iconism, dan iconism hanya membutuhkan kemiripan sebagai petunjuk.
Dalam setiap tahap pertumbuhan bahasa, banyak kata baru yang timbul dari onomatope. Kata-kata mulai timbul pada anak-anak yang berusaha meniru bunyi yang berada disekitar mereka. Seperti meniru bunyi mobil, kereta, kucing, burung, dsb. Namun, Müller (1891) menganggap bahwa onomatope hanya sebagai ‘mainan’, dan bukan sebagai bagian dari sistem bahasa. Dia berpendapat bahwa onomatope yang tak menentu, berarti mereka tidak memiliki etimologi dan tidak produktif, yang berarti mereka tidak dapat menghasilkan kata-kata baru. Namun ini sangat bertentangan dengan fakta yang terjadi saat ini.
Onomatope bukan hanya ‘mainan’ yang anak-anak pelajari pada saat TK atau masa bermainnya. Bahkan disadari atau tidak orang dewasa pun menggunakan banyak onomatope. Contohnya di Jepang, mereka bergantung banyak pada onomatope untuk menggambarkan sebuah tindakan.

Ketika onomatope digunakan, ada empat fungsi utama:
1.      Untuk memperkaya isi artikel, dengan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai lingkungan hidup;
2.      Untuk meningkatkan derajat musikalitas, karena onomatope adalah kata-kata yang meniru suara alam;
3.      Untuk memperdalam kesan pembaca atau pendengar terhadap pesan, karena onomatope ‘mengaudiokan’ sebuah gambar atau objek tertentu;
4.      Untuk memaksimalkan realitas situasi, sehingga pembaca atau pendengar bisa mendapatkan sensasi nyata dari suatu gambar atau objek tertentu.
Keindahan Onomatope dalam Keragaman Bahasa
Semua bahasa memiliki kosakata onomatope. Meskipun onomatope ditegaskan sebagai pengecualian terhadap hal yang bersifat arbitrer. Penciptaan tersebut tentu harus melalui  kesepakatan bersama, yakni konvensi yang harus dipatuhi oleh segenap masyarakat bahasa yang bersangkutan.
Keindahan onomatope sendiri ialah adanya onomatope disemua bagian negara dengan pelafalannya sendiri. Seperti suara untuk hewan, alam, ataupun suara yang dibuat oleh manusia. Hal seperti itu membuat warna bagi bahasa dan juga keindahannya. Berikut adalah contoh-contoh onomatope dari beberapa negara di dunia:
1.      Bunyi dari Hewan

AYAM
ANJING
KUCING
KUDA
LEBAH
SAPI
INDONESIA
Kukuruyuk
Guk guk
Meong
iiihaaa
ɳuuɳɳɳ
Mooo
INGGRIS
Cock-a-doodle-do
Ruff
Meow
Neigh
Buzzz
Moo
JERMAN
Kikeriki
Wau
Miau
Leeh
Summm
Muhh
KOREA
Ggo-ggi-o
Mung-mung
Ya-ong
Hi-hi-hi-hiung
Wing-wing / oaeng-oaeng
Um-me
JEPANG
Koke-koko
Wan-wan
Nya-nya
Hi-hin
Bun-bun
Moo-moo
ITALIA
Chichirichi
Bau bau
Miao miao
Ih ih ih
Zzzzz
Muu muu
SPANYOL
Kirikiii
Guau guau
Miau miau
Ji ji ji
Zzzzz
Muuu
FINISIA
Kukkokiekku
Hau / huv
Miau / miu
Lihahaaa
Bzzz
Ammuu
TURKI
Kuk-kurri-kuuu
hav
miyav
Ih-ih-ihaaa
Vizzz



2.      Bunyi dari Alam

GELOMBANG
HUJAN
TETESAN AIR
INDONESIA


Tik tik tik
INGGRIS

Pitter patter
Drip
JERMAN

Tropf

KOREA
Ssoeng-ssoeng
Ssua / ju-lung-ju-lung
Ddug-ddug
JEPANG
Soyo-soyo / hyuu hyuu
Iic-iic
Tara-tara
ITALIA
Vuu vuu

Plic plic
SPANYOL
Szzz

Ploc ploc
FINISIA


tip
TURKI




3.      Bunyi dari Suara yang Dibuat Manusia

TERTAWA
MENANGIS
MAKAN
MINUM
BERGUMAM
INDONESIA
Hahaha
Huaaa
Nyam nyam
Glek glek
Hmmm
INGGRIS
Haha
Sob sob
Nom nom

Murmur
JERMAN
Haha
Wääh


Murmeln
KOREA
Ha-ha
Ueong-ueong
Nyam-nyam

Jung-eul-jung-eul
JEPANG
Gera-gera / niko-niko
Aan-aan
Musha-musha

Kusha-kusha
ITALIA
Ah ah ah
Sgh sgh
Am am

Mmmhh
SPANYOL
Ah ah
Va va
Ñam ñam

Mmmhh
FINISIA
Haha
Nyyh



TURKI
Haha

Ham

Mur mur

Kesimpulan
Kita telah melihat bahwa onomatope adalah kelas yang berbeda dari kata-kata biasanya, mereka bersifat universal dalam bahasa. Onomatope ditemukan di setiap bahasa dan karena sifat imitatif alami mereka untuk suara yang sama dalam bahasa yang berbeda menjadikannya memiliki sebuah keunikan dan keindahan dalam bahasa. Meskipun memiliki asal-usul yang sama, onomatope dari suara yang sama dalam bahasa yang berbeda dipengaruhi oleh sistem fonologi yang berbeda-beda. Selain itu, onomatope adalah kata-kata yang umum. Semua usia dapat menggunakan onomatope tanpa harus merasa terganggu. Karena memang onomatope bersifat memudahkan, membayangkan sesuatu dengan suara.
Daftar Pustaka
Anderson, Earl R. 1998. “A Grammar of Iconism”. Dalam Characteristic of Onomatopoeia. [pdf]. Tersedia: http://www.thomastsoi.com/wp-content/downloads/Characteristics%20of%20Onomatopoeia.pdf. [20 Desember 2014].
Arkins, M., et al. ____. Onomatopoeia-Book. [pdf]. Tersedia: http://joannamarple.com/wp-content/uploads/2013/08/Onomatopoeia-Book.pdf. [2 Januari 2015].
Assaneo, Maria F., et al. 2011. The Anatomy of Onomatopoeia. [Online]. Tersedia: http://www.plosone.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0028317. [20 Desember 2014].
Keraf, Gorys. 1981. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar