KEINDAHAN ONOMATOPE DALAM KERAGAMAN BAHASA
Triani Sofi Nurrahmah (1403698)
Abstrak. Onomatope, kata peniru bunyi, merupakan fenomena umum yang ditemukan dalam semua bahasa di dunia. Menjadikan sebuah kata-kata yang diartikan dari sebuah suara alam merupakan sesuatu yang umum. Hampir semua usia pasti menggunakan onomatope, baik disadari ataupun tidak. Beragam karakteristik dimiliki oleh onomatope. Membuat onomatope menjadi sebuah kata yang indah dan mudah untuk dipahami.
Kata kunci: makna, bahasa, fungsi, karakteristik, contoh.
Pendahuluan
Banyak ahli
linguistik dan ahli filsafat telah memikirkan antara lambang bunyi dan
maknanya. Hal tersebut menuntun kepada teori simbiolisme bunyi, yang di mana
bidang cakupannya adalah onomatope, kata peniru bunyi. Kata-kata yang disebut
onomatope, akan memberikan saran atau petunjuk bagi sesuatu yang dilambangkan.
Walaupun demikian, dari bahasa satu dengan bahasa yang lainnya ternyata tidak
percis sama. Hal tersebut dikarenakan fonologi dari setiap bahasa berbeda-beda.
Onomatope
berasal dari Bahasa Yunani yaitu kata atau sekelompok kata yang menirukan
bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Menurut Herman J. Waluyo (1995),
onomatope adalah tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada. Onomatope ditemukan di semua negara dalam pelafalan bahasa tersendiri. Baik
yang meniru suara hewan, alam, atau suara yang dibuat oleh manusia sendiri. Bukan
hanya dalam bentuk komunikasi lisan, namun juga komunikasi tertulis. Dengan
kata lain, onomatope adalah bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi.
Terlebih bahwa beberapa ahli bahasa percaya onomatope adalah kata-kata yang
pertama kali manusia gunakan dalam berbicara ketika bahasa masih dikembangkan.
Karena imitasi memungkinkan sang pendengar untuk memahami makna yang dimaksud
dengan mudah. Hal tersebut merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan
tindakan atau maksud tertentu, yang merupakan sebagian dari percakapan antara
manusia primodial. Oleh karena itu, suara-suara primitif telah berevolusi dari
waktu ke waktu, dan sisa-sisanya menjadi onomatope seperti sekarang ini.
Meskipun pembahasan tentang onomatope sangatlah penting dalam bahasa di
dunia, studi tentang penyelidikan ini sangatlah minim dan tidak memadai.
Padahal onomatope dapat dikatakan sebagai bahasa tua dan menarik untuk dibahas.
Dalam rangka memberikan gambaran yang lebih jelas, jurnal ini dibuat untuk
mengetahui karakteristik Keindahan Onomatope dalam Keragaman Bahasa. Diharapkan
dari ulasan ini kita dapat mengerti dan faham akan onomatope.
Mengenal Onomatope
Bahasa
terdiri atas tanda-tanda. Tanda tersebut memiliki dua aspek, yaitu konsep
dengan signified (petanda) dan citra
bunyi dengan signifier (penanda).
Penanda adalah lambang bunyi, sedangkan petanda merupakan konsep yang dikandung
oleh penanda. Namun, hubungan antara penanda dengan petanda bersifat arbitrer
(sewenang-wenang) dan konvensional (hal yang mengabsahkan hubungan kearbitreran).
Lambang yang berupa bunyi tidak memberi saran untuk mengenal konsep yang
diwakilinya. Oleh karena itu, bahasa terlahir dari sebuah kesepakatan bersama.
Menurut J. G. Herder dalam buku Linguistik Bandingan Historis, awal mula timbulnya bahasa diawali dengan
bunyi-bunyi onomatope. Hal ini dibuktikan dengan objek yang diberi nama sesuai
dengan bunyi onomatope. Objek tersebut seperti suara hewan dan suara alam.
Dengan cara seperti ini terciptalah kata-kata dalam bahasa.
Anderson (1998) mencatat ada empat keberatan dari onomatope atas dasar
linguistik yang diajukan oleh beberapa ahli bahasa. Keberatan tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Onomatope merupakan
tanda-tanda konvensional, bukan mengikuti gema;
2.
Bahkan jika onomatope
yang meniru, mereka bukan non-arbitrer;
3.
Onomatope ada pada
margin bahasa, bukan sebagai bagian dari langue;
4.
Onomatope tidak akan
akurat meniru suara alam.
Menanggapi hal tersebut, Anderson menunjukkan bahwa kapasitas manusia untuk
meniru suara dibatasi oleh kendala sistem fonologi dan struktur vokal manusia.
Oleh karena itu, tiruan akurat dari suara alam memang tidak mungkin, dan
karenanya keberatan 4 benar. Tetapi tetap tidak dapat membuktikan bahwa
onomatope hanyalah konvensional. Selain itu, karena onomatope dibatasi oleh
sistem fonologi bahasa yang berbeda, onomatope hanya dapat mengimitasi sebagian
suara alam. Namun, hal tersebut tidak akan alami mengikuti onomatope yang
konvensional dan arbitrer. Faktanya, onomatope termasuk jenis iconism, dan iconism hanya membutuhkan kemiripan sebagai petunjuk.
Dalam setiap tahap pertumbuhan bahasa, banyak kata baru yang
timbul dari onomatope. Kata-kata mulai timbul pada anak-anak yang berusaha
meniru bunyi yang berada disekitar mereka. Seperti meniru bunyi mobil, kereta,
kucing, burung, dsb. Namun, Müller (1891) menganggap bahwa onomatope hanya
sebagai ‘mainan’, dan bukan sebagai bagian dari sistem bahasa. Dia berpendapat
bahwa onomatope yang tak menentu, berarti mereka tidak memiliki etimologi dan
tidak produktif, yang berarti mereka tidak dapat menghasilkan kata-kata baru.
Namun ini sangat bertentangan dengan fakta yang terjadi saat ini.
Onomatope bukan hanya ‘mainan’ yang anak-anak pelajari pada saat
TK atau masa bermainnya. Bahkan disadari atau tidak orang dewasa pun
menggunakan banyak onomatope. Contohnya di Jepang, mereka bergantung banyak
pada onomatope untuk menggambarkan sebuah tindakan.
Ketika onomatope digunakan, ada empat fungsi utama:
1.
Untuk
memperkaya isi artikel, dengan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
lingkungan hidup;
2.
Untuk
meningkatkan derajat musikalitas, karena onomatope adalah kata-kata yang meniru
suara alam;
3.
Untuk
memperdalam kesan pembaca atau pendengar terhadap pesan, karena onomatope
‘mengaudiokan’ sebuah gambar atau objek tertentu;
4.
Untuk
memaksimalkan realitas situasi, sehingga pembaca atau pendengar bisa
mendapatkan sensasi nyata dari suatu gambar atau objek tertentu.
Keindahan Onomatope dalam Keragaman Bahasa
Semua bahasa memiliki kosakata onomatope. Meskipun onomatope ditegaskan
sebagai pengecualian terhadap hal yang bersifat arbitrer. Penciptaan tersebut
tentu harus melalui kesepakatan bersama,
yakni konvensi yang harus dipatuhi oleh segenap masyarakat bahasa yang
bersangkutan.
Keindahan onomatope sendiri ialah adanya onomatope disemua bagian negara
dengan pelafalannya sendiri. Seperti suara untuk hewan, alam, ataupun suara
yang dibuat oleh manusia. Hal seperti itu membuat warna bagi bahasa dan juga
keindahannya. Berikut adalah contoh-contoh onomatope dari beberapa negara di
dunia:
1.
Bunyi dari Hewan
|
AYAM
|
ANJING
|
KUCING
|
KUDA
|
LEBAH
|
SAPI
|
INDONESIA
|
Kukuruyuk
|
Guk guk
|
Meong
|
iiihaaa
|
ɳuuɳɳɳ
|
Mooo
|
INGGRIS
|
Cock-a-doodle-do
|
Ruff
|
Meow
|
Neigh
|
Buzzz
|
Moo
|
JERMAN
|
Kikeriki
|
Wau
|
Miau
|
Leeh
|
Summm
|
Muhh
|
KOREA
|
Ggo-ggi-o
|
Mung-mung
|
Ya-ong
|
Hi-hi-hi-hiung
|
Wing-wing / oaeng-oaeng
|
Um-me
|
JEPANG
|
Koke-koko
|
Wan-wan
|
Nya-nya
|
Hi-hin
|
Bun-bun
|
Moo-moo
|
ITALIA
|
Chichirichi
|
Bau bau
|
Miao miao
|
Ih ih ih
|
Zzzzz
|
Muu muu
|
SPANYOL
|
Kirikiii
|
Guau guau
|
Miau miau
|
Ji ji ji
|
Zzzzz
|
Muuu
|
FINISIA
|
Kukkokiekku
|
Hau / huv
|
Miau / miu
|
Lihahaaa
|
Bzzz
|
Ammuu
|
TURKI
|
Kuk-kurri-kuuu
|
hav
|
miyav
|
Ih-ih-ihaaa
|
Vizzz
|
Mö
|
2.
Bunyi dari Alam
|
GELOMBANG
|
HUJAN
|
TETESAN AIR
|
INDONESIA
|
|
|
Tik tik tik
|
INGGRIS
|
|
Pitter patter
|
Drip
|
JERMAN
|
|
Tropf
|
|
KOREA
|
Ssoeng-ssoeng
|
Ssua / ju-lung-ju-lung
|
Ddug-ddug
|
JEPANG
|
Soyo-soyo / hyuu hyuu
|
Iic-iic
|
Tara-tara
|
ITALIA
|
Vuu vuu
|
|
Plic plic
|
SPANYOL
|
Szzz
|
|
Ploc ploc
|
FINISIA
|
|
|
tip
|
TURKI
|
|
|
|
3.
Bunyi dari Suara yang
Dibuat Manusia
|
TERTAWA
|
MENANGIS
|
MAKAN
|
MINUM
|
BERGUMAM
|
INDONESIA
|
Hahaha
|
Huaaa
|
Nyam nyam
|
Glek glek
|
Hmmm
|
INGGRIS
|
Haha
|
Sob sob
|
Nom nom
|
|
Murmur
|
JERMAN
|
Haha
|
Wääh
|
|
|
Murmeln
|
KOREA
|
Ha-ha
|
Ueong-ueong
|
Nyam-nyam
|
|
Jung-eul-jung-eul
|
JEPANG
|
Gera-gera / niko-niko
|
Aan-aan
|
Musha-musha
|
|
Kusha-kusha
|
ITALIA
|
Ah ah ah
|
Sgh sgh
|
Am am
|
|
Mmmhh
|
SPANYOL
|
Ah ah
|
Va va
|
Ñam ñam
|
|
Mmmhh
|
FINISIA
|
Haha
|
Nyyh
|
|
|
|
TURKI
|
Haha
|
|
Ham
|
|
Mur mur
|
Kesimpulan
Kita telah melihat
bahwa onomatope adalah kelas yang berbeda dari kata-kata biasanya, mereka
bersifat universal dalam bahasa. Onomatope ditemukan di setiap bahasa dan
karena sifat imitatif alami mereka untuk suara yang sama dalam bahasa yang
berbeda menjadikannya memiliki sebuah keunikan dan keindahan dalam bahasa. Meskipun
memiliki asal-usul yang sama, onomatope dari suara yang sama dalam bahasa yang
berbeda dipengaruhi oleh sistem fonologi yang berbeda-beda. Selain itu,
onomatope adalah kata-kata yang umum. Semua usia dapat menggunakan onomatope
tanpa harus merasa terganggu. Karena memang onomatope bersifat memudahkan,
membayangkan sesuatu dengan suara.
Daftar Pustaka
Anderson, Earl
R. 1998. “A Grammar of Iconism”. Dalam Characteristic
of Onomatopoeia. [pdf]. Tersedia: http://www.thomastsoi.com/wp-content/downloads/Characteristics%20of%20Onomatopoeia.pdf. [20 Desember 2014].
Arkins, M., et al. ____.
Onomatopoeia-Book. [pdf]. Tersedia: http://joannamarple.com/wp-content/uploads/2013/08/Onomatopoeia-Book.pdf. [2 Januari 2015].
Assaneo, Maria
F., et al. 2011. The Anatomy of
Onomatopoeia. [Online]. Tersedia: http://www.plosone.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0028317.
[20 Desember 2014].
Keraf, Gorys. 1981. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta:
Gramedia.
Kridalaksana,
Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Waluyo, Herman J.
1995. Teori dan Apresiasi Puisi.
Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar